Piala Eropa 2012 : Preview Inggris vs Italia: Tugas Berat Gli Azzurri


Inggris atau Italia? Pilihan yang sulit. Perebutan tiket terakhir semifinal Euro 2012 di Stadion NSK Olimpiyskiy, Minggu (24/6) benar-benar menjadi partai paling ditunggu publik sepakbola di Indonesia. Biasanya, publik sepakbola kita yang begitu gandrung dengan gemerlap kompetisi English Premier League dan klub-klub yang berkompetisi di dalamnya akan memberikan teriakan kepada kubu Three Lions. Pun dengan Italia, di mana Serie A menjadi alasan mengapa masyarakat kita sangat loyal memberi dukungan jika Gli Azzurri bertanding. Ah, apa perlunya membahas ini.
Inggris secara ‘tak terduga’ –jika mengacu persiapan di detik-detik akhir jelang turnamen di Polkraina ini berlangsung– mampu memuncaki Grup D menyisihkan Perancis, Swedia dan host Ukraina. Keraguan akan kapasitas sosok Roy Hodgson perlahan luntur. Publik mungkin lupa betapa banyak pengalaman pelatih yang menduduki jabatan kursi panas usai FA menyomot dirinya dari West Bromwich Albion. Hodgson memang unik. Karir pertamanya malah bukan ngurusi klub di Inggris, namun Halmstads Bollklubb di Swedia sana. Mondar-mandir Inggris ke Swedia hingga mendapat jabatan melatih timnas Swiss, kali pertama Hodgson bersentuhan dengan sepakbola Italia. Di tahun 1995, Internazionale memercayai pria Inggris sebagai allenatore untuk menggoyah kekuatan mapan AC Milan dan Juventus kala itu.


Hodgson memang petualang sejati. Mungkin hanya almarhum Bobby Robson yang ‘berani’ menerima tantangan melatih klub-klub di luar Inggris Raya, itu pun tak segila Hodgson. Bahkan, Udinese pernah menjajal jasa sosok pemain belakang, kala masih aktiv membela Gravesend & Northfleet di awal tahun 70-an.
Namun, kondisi serupa, bahkan jauh lebih ekstrem juga terjadi jika teropong kita letakkan di kubu Italia. Sejak EPL membuka diri dengan begitu banyak pemain Italia seperti Gianfranco Zola hingga Mario Balotelli, di tataran pelatih klub-klub asal Inggris tak ragu memercayai ucapan pasar yang menyebut pelatih asal Italia sangat mahir dalam masalah taktikal. Jika saja tak mengundurkan diri karena intervensi FA perihal penunjukkan kapten, sosok Fabio Capello saat ini seharusnya hilir mudik di ruang konferensi pers Tiga Singa. Musim ini, dua klub Inggris Manchester City dan Chelsea berjaya di ajang masing-masing. Keberhasilan keduanya meraih silverware prestisius tentu tak bisa menafikan dua sosok Roberto, Mancini dan Di Matteo. Kedua manager kharismatik telah menyulap dua klub kaya dengan injeksi taktik dan mental yang mampu memberi aroma juara.

Singkatnya, tak baik Inggris maupun Italia sepertinya sudah sama-sama tahu kekuatan dan kelemahan masing-masing. Inggris, sekembalinya Wayne Rooney dari skorsing semakin menjadi favorit di kejuaraan. Pencapaian terbaik, satu-satunya kontestan perempat final yang belum mengecap partai puncak Euro adalah babak Empat Besar, 16 tahun silam. Kala itu, sebagai tuan rumah, Alan Shearer cs. harus gagal di hadapan Jerman dalam drama adu penalti. Peluang mengulang pencapaian manis tersebut terjadi malam nanti sangat besar. Jika Inggris nyaris tak memiliki masalah di ruang ganti, Italia harus kehilangan Giorghio Chiellini. Cedera yang didapat di partai terakhir kontra Republik Irlandia membuat bek Juventus harus absen. Cesare Prandelli memang memiliki banyak pilihan di lini belakang seperti duo rekan seklub Chiello, Andrea Barzagli dan Leonardo Bonucci. Namun dampak kehilangan Chiello teramat masif untuk fase segenting ini.
Inggris sedikit diunggulkan jelang partai terakhir Delapan Besar. Publik penikmat Serie A berharap para anggota La Nazionale yang dipercaya Prandelli mampu melakukan tugas di lapangan dengan maksimal. Italia telah memainkan tiga sistem bermain yang berbeda di fase Grup. Penampilan kala meredam Spanyol di partai perdana membuat Andrea Pirlo panen pujian. Harapan level permainan Italia seperti itu jelas diharapkan Prandelli akan muncul malam nanti.
Uniknya, kedua negara ini tampak kesulitan membuat gol dari open play. Kebetulan pula, mayoritas gol-gol yang membuat mereka bertemu di perempat final datang dari proses set piece. Di sini peran jenderal lapangan tengah, Steven Gerrard dan Andrea Pirlo begitu krusial. Keduanya menginspirasi kemenangan-kemenangan negara masing-masing dengan andil assist. Namun Hodgson terlihat memiliki senjata lain jika sang jenderal dimatikan. Sayap-sayap cepat berubah menjadi pembunuh mematikan. Prandelli, belum terlihat ada solusi lain permainan Pirlo macet. Transformasi sistem bermain sepertinya akan menjadi solusi cepat. Tapi, hal ini membutuhkan kerja keras kongkrit para pemain di lapangan. Ujung-ujungnya, bertahan total hingga mengajak adu penalti? Bisa jadi.
Well, Anda mungkin menjadi salah satu penggila klub-klub EPL atau Serie A. Siapapun lawan Jerman di semifinal nanti, di Indonesia pasti memiliki begitu banyak pendukung. Itu pasti!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Blogger Widgets