Bonek-Maczman: Lagu Kita Masih Sama Indonesia Raya


 
Bagi mereka yang masih teringat peristiwa di Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, tahun 2005, boleh jadi akan heran melihat apa yang terjadi Sabtu (28/4/2012) sore, di Stadion Andi Mattalatta Mattoangin, Makassar.

Tribunnews.com melaporkan, sebanyak 9 spanduk Bonek tersebar di penjuru stadion. Dua buah spanduk hijau yang terbentang di antaranya bertuliskan: 'Lagu Kita Masih Sama Indonesia Raya'. Spanduk ini menandai era persahabatan suporter Makassar dengan Surabaya.

Tujuh tahun silam, Persebaya dan PSM Makassar sama-sama lolos ke Babak Delapan Besar Divisi Utama Liga Indonesia. Dua klub legendaris ini berada dalam satu grup, bersama Persija Jakarta dan PSIS Semarang. Bentrokan antarsuporter terjadi saat itu, termasuk antara Bonek dengan suporter Makassar.


Di Surabaya, saat kapal yang membawa suporter Makassar merapat ke Pelabuhan Tanjung Perak, bentrokan juga terjadi. Tak ada yang punya ilusi, bagaimana mendamaikan kedua suporter ini.

Namun, tujuh tahun kemudian, apa yang saya sebut sebagai ilusi itu terwujud sudah. Puluhan Bonek hadir dan menyaksikan langsung pertandingan sepakbola di Makassar, setelah sebelumnya pada putaran pertama, suporter Makassar hadir di Surabaya.

Sebagian Bonek ini berangkat langsung dari Surabaya dengan naik pesawat dan kapal. "Alhamdulillah, kami disambut baik penuh kedamaian," kata Gegek, salah satu Bonek, kepada beritajatim.com.

Wima Wahyudi, Bonek lainnya bercerita, suporter Persebaya langsung dijemput dari bandara oleh suporter Makassar. Mereka diantarkan dan beristirahat di rumah salah satu tokoh suporter Maczman. Para pentolan Maczman juga mengantar Bonek ke stadion. Di stadion mereka disambut dengan nyanyian 'Bonek-Maczman kita saudara'.

Di stadion, para Bonek ini tidak disatukan dalam satu tribun khusus, melainkan dibiarkan berbaur dengan suporter Makassar. Tidak ada gesekan. "Kami beradu nyanyian dan menyalakan red flare," kata Wima.

Saat jeda babak pertama, perwakilan Bonek dan Maczman turun ke tepi lapangan, dan membawa spanduk bertuliskan 'Maczman-Bonek saudara, suporter Indonesia bersatu', "Kami berterima kasih kepada kawan-kawan Maczman," kata Gegek.

Perdana Menteri The Macz Man, Ocha Alim Bachri, mengatakan, sambutan untuk Bonek merupakan bentuk solidaritas sesama suporter. "Bukan hanya Bonek tetapi semua suporter kita sambut dengan tangan terbuka, kita semua adalah bersaudara," katanya, sebagaimana dilansir Tribunnews.com.

Bagaimana perdamaian ini bisa terjadi? Belum ada sosiolog yang tertarik menulisnya. Media massa tidak terlampau tertarik memberitakannya. PSSI tak mau repot-repot mencatatnya sebagai sejarah resmi sepakbola Indonesia. Kabar baik ini hanya diceritakan dari mulut ke mulut suporter Indonesia, tak ubahnya sebuah hikayat.

Saya sendiri tetap berkeyakinan: waktulah yang akan menyembuhkan luka, dan menyeka air mata duka. Setiap perang akan selalu berujung.

Perdamaian ini tentu saja melegakan banyak pihak, termasuk penggagas Forum Diskusi Suporter Indonesia (FDSI), Djundan Hidayat. "Terciptanya perdamaian antara Maczman dan Bonek patut disyukuri. Ini menandakan semakin cerdasnya suporter Indonesia, yang mampu berpikir bahwa permusuhan itu tiada manfaat sama sekali," kata pria yang akrab disapa Mang Juned ini.

Mang Juned mengatakan, rivalitas dua suporter klub sepakbola yang terkadang menimbulkan korban jiwa, tak akan menguntungkan siapapun. Ia berharap perdamaian Bonek dan Maczman bisa menjadi virus damai bagi semua kelompok suporter yang berseteru. "Sesungguhnya damai itu indah," katanya.

Damai itu indah. Paraikatte Ji Saribattang. Koen karo aku seduluran. Sebagaimana kita meyakini apa yang tertulis di spanduk hijau yang terpampang di Mattoangin sore itu: Lagu Kita Masih Sama Indonesia Raya.

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Blogger Widgets